Monday, October 17, 2005

Where Are You, My Friend?

Saya sedang asyik memainkan tanah dan tumpukan batu di halaman rumah, permainan yang kadang saya lakukan bersama sahabat saya Iman, untuk mengisi waktu luang saat kami masih duduk di bangku SD, tanpa saya sadari ternyata Iman sedang memperhatikan saya sambil senyum-senyum kecil, sambil sedikit malu saya langsung menghampirinya, bagaimana tidak malu, karena dengan usia saya yang sudah kepala tiga ini, kok masih suka mainin tanah dan batu, "kayak anak kecil saja" pikir saya dalam hati.

Saya segera mengalihkan perhatian Iman untuk menghilangkan rasa malu saya dengan menanyakan kabarnya, karena sudah beberapa tahun ini saya memang tidak bertemu dengannya, dia salah seorang sahabat saya yang memiliki banyak bakat dan kreatifitas yang tinggi, selain pandai bermain gitar sejak SD, dia juga pandai melukis, membuat mainan dari barang bekas, dan juga selalu menjadi juara kelas disekolahnya, dia juga pandai menyanyi dan menciptakan lagu. Tidak heran jika pada saat lulus dari SMA dia langsung mendapat beasiswa untuk kuliah di IPB. Kini dia tinggal di Bogor dengan Istri dan dua orang anaknya, selain bekerja sebagai pengajar sekolah alam dan asisten laboratorium di sekolah tersebut, dia juga saat ini tergabung kedalam sebuah grup nasyid bernama Gradasi dan telah meluncurkan beberapa album.

"Kemana saja?" tanyaku, "Wah biasa sibuk nih di kerjaan" jawabnya, "Tempo hari saya pernah kirim e-mail kok nggak dibalas sih, apa nggak sampai ya?" tanya saya lagi, "Wah, jarang buka e-mail euy, sibuk terus" jawabnya lagi. "Bagaimana nih dengan Gradasi?, Kok saya nggak lihat kamu di TV bulan Ramadhan ini?, biasanya setiap Ramadhan khan suka ngisi acara di televisi?" Tanyaku kepada Iman. Sambil mengernyitkan dahinya diapun menjawab "Sibuk kerjaan nih tahun ini, eh sorry ya saya tinggal dulu, mau ke Bandung nih", sambil menepuk bahu saya dia berbalik meninggalkan saya, lalu sayapun membalikkan badan, sesaat saya lihat seonggok tanah dan setumpuk batu yang tadi saya mainkan, kenangan saya melayang ke saat-saat saya bersama Iman ketika kami sering bermain tanah ini beberapa tahun lalu. "Rasanya hanya saya yang tertinggal disini", gumam saya dalam hati "tidak ada perubahan yang berarti dalam hidup saya", berbeda dengan teman-teman saya yang lain dengan gelar dan kesuksesan masing-masing. Sesaat saya terbangun, ya ternyata perjumpaan saya dengan Iman, barusan itu hanya mimpi, karena setelah sahur pagi tadi saya tertidur setengah jam dan memimpikan sahabat lama yang sudah lama tidak ketemu.

Salam hangat untuk seluruh keluarga Kang Iman, Selamat menunaikan ibadah puasa... juga bagi semua pembaca blog ini yang melaksananakannya....[Q]

0 comments: